Bisnis Turun? Ini 5 Strategi Turnaround untuk Selamatkan Perusahaan

Bisnis Turun? Ini 5 Strategi Turnaround untuk Selamatkan Perusahaan

Setiap bisnis pasti mengalami pasang surut. Namun, saat bisnis mulai turun drastis hingga terancam bangkrut, langkah cepat dan tepat sangat dibutuhkan.

Dalam situasi genting ini, menerapkan strategi turnaround bisnis bisa menjadi penyelamat utama untuk membalikkan keadaan.

Dalam artikel ini, kita akan membahas 5 strategi turnaround yang terbukti efektif, berdasarkan pengalaman nyata para pebisnis yang berhasil menyelamatkan perusahaannya dari jurang kehancuran.

Apa Itu Turnaround dalam Dunia Bisnis?

Turnaround adalah serangkaian langkah strategis yang diambil untuk membalikkan kinerja bisnis yang menurun, mengembalikannya ke jalur pertumbuhan dan profitabilitas.

Ciri-ciri perusahaan yang membutuhkan turnaround:

  • Penurunan penjualan yang terus-menerus.
  • Tingginya utang atau arus kas negatif.
  • Menurunnya loyalitas pelanggan dan pangsa pasar.
  • Biaya operasional membengkak tanpa peningkatan pendapatan.

5 Strategi Turnaround untuk Menyelamatkan Bisnis

1. Restrukturisasi Organisasi: Perbaiki dari Dalam

Restrukturisasi perusahaan melibatkan perubahan pada struktur organisasi, proses bisnis, dan sumber daya manusia untuk membuat perusahaan lebih efisien dan adaptif.

Langkah-langkah restrukturisasi:

  • Evaluasi posisi dan fungsi karyawan.
  • Kurangi jabatan yang redundan.
  • Gabungkan atau hapus divisi yang tidak produktif.

Contoh:

Perusahaan ritel besar seperti Best Buy berhasil bertahan di tengah krisis dengan restrukturisasi besar-besaran, mempercepat pengambilan keputusan, dan memangkas birokrasi.

2. Cost-Cutting: Tekan Beban, Perkuat Napas

Cost-cutting adalah strategi mengurangi pengeluaran operasional untuk menjaga kesehatan keuangan.

Area yang bisa dipangkas:

  • Pengeluaran pemasaran yang tidak efektif.
  • Biaya perjalanan bisnis yang tidak mendesak.
  • Penggunaan ruang kantor dan utilitas.

Tips Efektif:

  • Prioritaskan pemotongan biaya yang tidak berdampak langsung pada pelanggan.
  • Hindari pengurangan kualitas produk/jasa.
Baca Juga:  7 Franchise Minuman Kekinian yang Sedang Booming di Indonesia

Contoh:

AirAsia menerapkan program penghematan besar-besaran saat pandemi dengan menegosiasikan ulang kontrak sewa pesawat dan mengurangi rute yang tidak menguntungkan.

3. Pivoting Bisnis: Ubah Arah, Temukan Peluang Baru

Pivoting adalah mengubah sebagian atau seluruh model bisnis untuk beradaptasi dengan kondisi pasar baru.

Jenis Pivot:

  • Product Pivot: Mengubah produk utama.
  • Customer Pivot: Menargetkan segmen pelanggan baru.
  • Business Model Pivot: Mengubah cara menghasilkan uang.

Contoh:

Slack awalnya adalah platform game internal, namun beralih menjadi alat komunikasi kantor — yang kini digunakan jutaan orang di seluruh dunia.

4. Fokus pada Core Business: Kembali ke Inti Kekuatan

Saat bisnis melebar ke berbagai bidang, ada risiko kehilangan fokus. Ketika situasi genting, kembali fokus pada core business atau bisnis inti bisa menjadi strategi efektif untuk bertahan.

Langkah Fokus Core Business:

  • Identifikasi produk/jasa yang paling menguntungkan.
  • Kurangi diversifikasi yang tidak relevan.
  • Investasikan sumber daya ke area yang sudah terbukti menghasilkan.

Contoh:

Starbucks sempat mengalami penurunan performa karena diversifikasi ke banyak lini produk. Mereka kemudian fokus kembali ke core business: kopi, layanan pelanggan, dan pengalaman toko.

5. Perbaiki Arus Kas: Kunci Bertahan di Tengah Krisis

Dalam masa turnaround, cash is king. Mengelola arus kas dengan ketat sering menjadi pembeda antara bisnis yang selamat dan yang gagal.

Cara Memperbaiki Arus Kas:

  • Tawarkan diskon untuk pembayaran lebih cepat dari pelanggan.
  • Negosiasikan perpanjangan tempo pembayaran dengan supplier.
  • Kurangi persediaan yang tidak perlu.

Contoh:

Startup seperti Airbnb pada masa awal pandemi COVID-19 fokus menjaga arus kas dengan pemotongan biaya besar dan penyesuaian layanan untuk bertahan.

Studi Kasus: Pebisnis yang Berhasil Turnaround

Lego

Pada awal tahun 2000-an, Lego hampir bangkrut akibat terlalu banyak diversifikasi.

Baca Juga:  6 Strategi Ampuh untuk Meningkatkan Moral Karyawan

Mereka melakukan turnaround dengan memangkas lini produk yang tidak relevan, kembali fokus ke core product (mainan edukatif), dan meningkatkan efisiensi produksi.

Hasilnya? Lego kembali menjadi raksasa mainan dunia.

Apple

Sebelum era iPhone, Apple mengalami masa sulit di akhir 90-an. Steve Jobs kembali, menyederhanakan lini produk, memangkas biaya, dan meluncurkan inovasi baru.

Ini menjadi kisah turnaround paling fenomenal dalam dunia bisnis modern.

Saat bisnis turun, diam dan menunggu keajaiban bukanlah solusi. Anda harus bertindak cepat dengan menerapkan strategi turnaround bisnis yang tepat.

Melalui restrukturisasi, cost-cutting, pivoting, fokus pada core business, dan memperbaiki arus kas, peluang untuk menyelamatkan dan membangkitkan kembali perusahaan Anda semakin besar.

Belajar dari pengalaman pebisnis sukses seperti Lego, Apple, dan Slack menunjukkan bahwa krisis bisa menjadi peluang – asalkan direspons dengan strategi yang cerdas dan berani.

Share it:

Related Post