Startup Bukan Cuma Tentang Membangun, Tapi Juga Kapan Harus Keluar
Kalau kamu sedang membangun startup, kamu pasti fokus banget sama pengembangan produk, user acquisition, dan mencari investor.
Tapi ada satu hal penting yang sering terlewat: rencana keluar alias exit strategy.
Kenapa penting? Karena membangun startup bukan untuk dijalani selamanya. Ada titik di mana kamu harus berpikir:
“Apa langkah selanjutnya? Apakah aku mau menjual, merger, atau go public?”
Exit strategy bukan sinyal menyerah, tapi justru tanda bahwa kamu tahu ke mana arah bisnismu berjalan. Dan jika direncanakan sejak awal, hasilnya bisa jauh lebih menguntungkan!
Apa Itu Exit Strategy dalam Dunia Startup?
Exit strategy adalah rencana strategis untuk keluar dari bisnis atau mengalihkan kepemilikan startup, biasanya setelah mencapai titik tertentu dalam pertumbuhan.
Tujuannya bisa bermacam-macam:
- Mengambil keuntungan dari valuasi bisnis
- Memberi jalan baru bagi pertumbuhan startup
- Memberi investor hasil (return) dari investasi mereka
Kenapa Exit Strategy Harus Dipikirkan Sejak Dini?
- Agar keputusan harian tetap sejalan dengan tujuan jangka panjang
- Untuk menarik investor (mereka ingin tahu bagaimana mereka akan “keluar”)
- Supaya kamu tahu kapan harus scale, jual, atau pivot
- Memberi arah dan batas waktu dalam perjalanan bisnis
Jenis Exit Strategy Populer untuk Startup
Berikut adalah tiga opsi utama yang sering digunakan para founder:
1. Akuisisi (Acquisition)
Startup kamu dibeli oleh perusahaan lain, biasanya perusahaan besar atau kompetitor.
Kapan ini cocok?
- Produk kamu melengkapi kebutuhan perusahaan lain
- Ada sinergi bisnis yang kuat
- Kamu butuh modal/akses distribusi lebih besar
Keuntungan:
- Dana cair lebih cepat
- Peluang ekspansi lebih besar
- Bisa tetap terlibat atau exit penuh
Contoh nyata:
Instagram diakuisisi Facebook seharga $1 miliar pada tahun 2012.
2. Merger
Gabung dengan perusahaan lain untuk membentuk entitas baru yang lebih kuat
Kapan ini cocok?
- Dua bisnis punya kekuatan yang saling melengkapi
- Ingin gabungkan resources, teknologi, atau market
- Keduanya ingin bertumbuh lebih cepat bersama
Keuntungan:
- Bisa ekspansi pasar lebih luas
- Biaya operasional bisa ditekan
- Tidak selalu harus keluar 100%
Risiko:
- Perbedaan budaya perusahaan bisa jadi tantangan
- Harus ada kesepakatan pembagian kepemilikan
3. Initial Public Offering (IPO)
Melepas sebagian saham startup ke publik di bursa efek
Kapan ini cocok?
- Startup sudah stabil, profitable, dan punya track record pertumbuhan
- Butuh pendanaan besar untuk ekspansi global
- Punya tim manajemen dan tata kelola yang solid
Keuntungan:
- Akses dana besar
- Meningkatkan kredibilitas dan brand
- Founder bisa jual saham sebagian untuk cash-out
Tantangan:
- Proses panjang dan mahal
- Harus transparan secara finansial
- Tekanan publik untuk selalu tumbuh
Contoh lokal:
Bukalapak menjadi startup pertama di Indonesia yang IPO di BEI tahun 2021.
Kapan Waktu yang Tepat untuk Exit?
Timing adalah segalanya. Jangan buru-buru, tapi juga jangan terlalu lama nunggu sampai nilainya turun. Pertimbangkan:
1. Valuasi Sudah Optimal
Kalau valuasi kamu sudah naik beberapa kali lipat dari modal awal, itu sinyal bahwa waktunya exit bisa dipertimbangkan.
2. Market Sedang Mendukung
Misalnya tren teknologi sedang naik, IPO sedang hype, atau ada pemain besar yang ingin masuk ke pasar kamu.
3. Tim Founder Ingin Pindah Arah
Kadang visi founder sudah berubah, atau ingin membangun hal baru. Daripada setengah hati, exit bisa jadi solusi elegan.
4. Investor Push for Exit
Jika kamu punya VC atau investor besar, mereka biasanya punya target jangka waktu. Kalau sudah masuk tahun ke-5 atau ke-7, mereka akan dorong exit untuk realisasi keuntungan.
Langkah-Langkah Mempersiapkan Exit Strategy
- Bangun Bisnis dengan Struktur yang Jelas – Punya laporan keuangan rapi, legalitas lengkap, dan sistem manajemen yang bisa ditinggal
- Jaga Pertumbuhan dan Loyalitas Pengguna – Angka retention, NPS, atau lifetime value pelanggan bisa jadi daya tarik besar
- Bangun Tim yang Bisa Jalan Tanpa Founder – Bisnis yang tidak bergantung sepenuhnya pada founder = lebih menarik untuk dibeli
- Diskusi dengan Konsultan Keuangan atau Legal – Biar semua aspek pajak, valuasi, dan hukum tidak jadi masalah saat deal
- Pilih Partner Exit yang Tepat – Apakah kamu ingin exit penuh, atau tetap punya peran setelah merger/akuisisi?
Membangun startup bukan soal ikut tren semata. Harus ada rencana jangka panjang yang realistis dan menguntungkan.
Exit strategy bukan berarti kamu berhenti, tapi bisa jadi awal baru untuk pertumbuhan lebih besar – entah lewat merger, akuisisi, atau IPO.
Pahami opsi yang ada, ukur kesiapanmu, dan buat keputusan berdasarkan data, bukan ego.










