10 Startup Terkenal yang Mengalami Kebangkrutan di Indonesia

10 Startup Terkenal yang Mengalami Kebangkrutan di Indonesia

Pelajari penyebab dan perjalanan kebangkrutan 10 startup terkenal di Indonesia serta ambil pelajaran berharga dari kegagalan mereka dalam dunia bisnis digital.

Indonesia, sebagai salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi digital yang pesat, telah menjadi ladang subur bagi berbagai startup. Banyak di antaranya berhasil mencatatkan prestasi gemilang dan meraih popularitas tinggi.

Namun, tidak semua startup mampu bertahan dalam persaingan yang ketat dan dinamika pasar yang terus berubah. Beberapa di antaranya, meskipun terkenal dan pernah berjaya, harus menghadapi kenyataan pahit kebangkrutan.

Artikel ini akan mengulas 10 startup terkenal di Indonesia yang mengalami kebangkrutan, menyajikan penyebab, perjalanan, dan pelajaran berharga dari kegagalan mereka.

Tinjauan Startup Terkenal di Indonesia yang Terpaksa Berhenti Beroperasi

1. Pegipegi

Pegipegi, sebuah platform online travel agent (OTA) di Indonesia, mengumumkan penghentian operasinya setelah berjalan selama 12 tahun.

Sebagai penyedia layanan pemesanan dan pembelian tiket, Pegipegi telah menjadi pilihan populer bagi banyak pengguna.

Namun, pada tanggal 10 Desember pukul 23.59 WIB, startup ini resmi menutup layanannya. Keputusan ini menandai akhir dari perjalanan Pegipegi sebagai salah satu pemain utama di industri perjalanan online Indonesia.

2. JD.ID

JD.ID, salah satu platform e-commerce besar di Indonesia, resmi menghentikan semua layanannya pada tanggal 13 Maret 2023. Platform ini adalah anak perusahaan dari JD.com, salah satu raksasa e-commerce di Asia.

Menurut laporan detikcom, penutupan ini diikuti oleh pemutusan hubungan kerja terhadap sekitar 200 karyawan. Langkah ini diambil sebagai respon terhadap perubahan bisnis yang sangat dinamis dan tantangan pasar e-commerce yang kompetitif di Indonesia.

Keputusan untuk menutup operasi di Indonesia mencerminkan tantangan adaptasi dalam lingkungan yang sangat kompetitif serta perubahan strategis dari perusahaan induk.

Baca Juga:  3 Langkah yang Dapat Meningkatkan Usaha Anda

3. CoHive

CoHive, startup yang menyediakan ruang kerja bersama (co-working space), dinyatakan bangkrut pada 18 Januari 2023.

Berdasarkan informasi dari DealStreetAsia, penutupan CoHive dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk dampak pandemi yang berkepanjangan, perubahan kebutuhan akan ruang kantor, dan masalah pendanaan yang dihadapi.

Meskipun CoHive telah tutup, sebagian bisnisnya, yaitu COHIVE 101, beroperasi secara independen setelah diambil alih oleh pihak lain.

Kejadian ini menunjukkan betapa pandemi COVID-19 telah mengubah peta bisnis ruang kerja dan mendorong perubahan signifikan dalam model operasional startup.

4. Rumah.com

Rumah.com, bagian dari PropertyGuru asal Singapura, mengumumkan penutupan layanannya per 1 Desember 2023 setelah lebih dari satu dekade beroperasi. Penutupan ini berdampak pada pemutusan hubungan kerja terhadap 61 karyawan.

Selain Rumah.com, PropertyGuru juga berencana menutup FastKey, produk software as a service (SaaS) mereka, pada 31 Juli 2024.

Keputusan ini menggambarkan restrukturisasi dan refokusing strategi bisnis PropertyGuru di tengah persaingan pasar yang ketat dan perubahan preferensi konsumen.

5. Fabelio

Fabelio
Foto: Fabelio/Facebook

Fabelio, sebuah perusahaan startup yang berfokus pada penjualan furniture, dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga di PN Jakarta Pusat melalui putusan No. 47/Pdt.Sus-PKPU/2022/PN.Niaga.JKT.PST pada tanggal 5 Oktober 2022.

Sebelum keputusan pailit ini, telah beredar kabar bahwa Fabelio meminta puluhan karyawannya untuk mengundurkan diri, yang mengindikasikan adanya masalah keuangan dan operasional dalam perusahaan.

Masalah ini juga mencakup hak-hak karyawan yang tidak terpenuhi, menunjukkan adanya kesulitan dalam manajemen internal perusahaan sebelum akhirnya dinyatakan pailit.

6. Hooq

Hooq, layanan video streaming yang berasal dari Singapura, mengakhiri operasinya pada 30 April 2020 setelah beroperasi selama lima tahun. Penutupan ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di Filipina, Thailand, India, dan Singapura.

Baca Juga:  Bagaimana Menjadi Global Sebagai Bisnis Layanan Startup?

Kejatuhan Hooq menunjukkan tantangan dalam industri streaming yang kompetitif, di mana persaingan dengan platform besar seperti Netflix dan Amazon Prime membutuhkan investasi besar dan strategi pemasaran yang agresif, yang mungkin tidak terjangkau bagi startup yang lebih kecil.

7. Airy Rooms

Airy Rooms, startup agregator penyedia layanan penginapan, menghentikan operasinya pada 31 Mei 2020. Menurut pernyataannya, pandemi COVID-19 merupakan faktor utama penutupan tersebut.

Pandemi berdampak besar pada industri pariwisata, dengan penurunan penjualan yang signifikan dan permintaan pengembalian dana yang tinggi dari pengguna menjadi beberapa alasan utama yang menyebabkan kegagalan bisnis mereka.

Krisis ini menggambarkan betapa cepatnya kondisi eksternal yang ekstrem dapat mempengaruhi stabilitas perusahaan, khususnya dalam sektor pariwisata dan perjalanan.

8. Sorabel

Sorabel, startup e-commerce yang fokus pada penjualan pakaian, resmi mengakhiri operasinya pada 30 Juli 2020. Dalam sebuah surat yang ditujukan kepada karyawan, pimpinan Sorabel menyatakan bahwa telah dilakukan upaya maksimal untuk menyelamatkan perusahaan.

Namun, meskipun upaya tersebut, Sorabel terpaksa memilih jalur likuidasi karena tidak mampu mengatasi tantangan keuangan yang dihadapinya.

Penutupan ini mencerminkan kesulitan yang sering dihadapi oleh startup fashion online, termasuk persaingan pasar yang ketat dan perubahan cepat dalam preferensi konsumen.

9. Elevenia

Elevenia, sebuah marketplace e-commerce yang beroperasi di bawah naungan PT XL Planet—sebuah joint venture antara PT XL Axiata Tbk dan SK Planet dari Korea Selatan, mengumumkan penutupan layanannya pada 1 Desember 2022.

Setelah beroperasi selama 8 tahun di Indonesia, Elevenia tidak lagi dapat mempertahankan operasionalnya.

Penutupan Elevenia menandakan tantangan yang dihadapi oleh platform e-commerce dalam menghadapi persaingan yang sengit dari pemain besar serta dinamika pasar yang berubah-ubah, yang menuntut adaptasi dan inovasi yang terus-menerus.

Baca Juga:  Aktivitas Usaha yang Perlu Diketahui Pebisnis Pemula

10. Tumbasin

Tumbasin, sebuah startup e-grocery yang beroperasi di Indonesia, mengumumkan penghentian layanannya melalui unggahan di Instagram pada 2 Mei 2023. Namun, menariknya, bagi pengguna di Semarang, Tumbasin masih menyediakan layanan pembelian melalui WhatsApp.

Penutupan sebagian dari operasi Tumbasin menunjukkan tantangan yang dihadapi oleh bisnis e-grocery, termasuk persaingan dengan layanan serupa yang lebih besar dan masalah logistik yang kompleks.

Fokus pada pasar lokal melalui WhatsApp mungkin merupakan upaya Tumbasin untuk mempertahankan basis pelanggan yang loyal di area tertentu.

Kegagalan 10 startup terkenal di Indonesia ini memberikan pelajaran penting tentang tantangan yang dihadapi dalam dunia bisnis digital.

Dari manajemen keuangan yang kurang baik hingga ketidakmampuan beradaptasi dengan perubahan pasar, setiap kasus memberikan wawasan yang berharga bagi pelaku bisnis dan calon wirausahawan.

Share it:

Tags

Related Post